Minggu, 12 April 2009

Pemerintah Tindak Tegas Produsen Dendeng dan Abon Mengandung Babi

Pemerintah akan berkoordinasi lintas departemen untuk menindak tegas produsen yang telah sengaja melakukan penipuan menjual produk abon dan dendeng mengandung babi. Demikian dikatakan oleh Dirjen Bimas Islam Nasaruddin Umar usai melaksanakan rapat koordinasi dengan Departemen Pertanian dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Depkes, terkaitnya adanya produk abon dan dendeng yang beredar di pasaran dicampur daging babi, di Departemen Agama, Rabu.

Untuk menghentikan peredaran dendeng haram tersebut, menurutnya, langkah yang akan diambil adalah pendekatan hukum dan menarik produk tersebut dari pasaran. “Kita telah menurunkan tim lintas instansi untuk menyelidiki kasus tersebut,” ucapnya.

Nasaruddin Umar mengakui, memang telah terbukti sejumlah produk dendeng dan abon yang mencantumkan label halal, ternyata mengandung babi.

Sementara itu, Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BP POM) Tien Gartini Budhianto mengatakan, pihaknya akan melakukan uji produk seluruh produk dendeng dan abon yang beredar di Indonesia. ''Kami akan uji semua produk dendeng dan abon dan hasil ujinya nanti akan kami umumkan ke publik secara bertahap. Jadi tidak hanya produk temuan. Pengujian ini dilakukan tidak saja di Jakarta, tapi juga di 26 Badan POM yang ada di 26 provinsi,'' tandas Tien.

Untuk membuktikan apakah produk olahan itu mengandung babi atau tidak, lanjutnya, diperlukan uji laboratorium, namun pihak akan kesulitan mengujinya apabila sudah berupa olahan. Akan tetapi, bekerjasama dengan Depag, Depkes dan MUI pihaknya akan menjamin produk olahan itu aman dikonsumsi, sedangkan yang berhak menentukan halal dan haram merupakan wewenang dari LPPOM MUI

"Kalau masih berupa daging, masih mudah untuk dibedakan. Tapi kalau sudah berupa produk makanan, sangat sulit, harus uji DNA melalui tes laboratorium," jelasnya.

Sertifikasi Juru Potong

Dalam kesempatan yang sama, Vterinary Public Health Departemen Pertanian Turni Rusli mengatakan bahwa sejak tahun lalu, pihaknya sudah bekerjasama dengan LPPOM MUI untuk memberikan sertifikat juru sembelih halal.

Sehingga, menurutnya, seluruh Rumah Potong Hewan (RPH) di Indonesia yang memotong sapi atau hewan lainnya, harus dipotong secara halal, apabila akan diedarkan untuk umum. "Itu ada di UU dan di Peraturan menteri. Persoalannya, apakah sudah ada sertifikat atau belum," jelasnya.

Melihat prkembangan ini, pihaknya berencana membuat program sertifikasi juru sembelih halal, bekerjasama dengan LPPOM MUI. Dan program yang telah dimulai tahun lalu ini, akan dioptimalkan lagi pada tahun ini.

"Fungsi kita menjamin produk pangan asal hewan harus aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Kita harus jamin itu, dari manapun asalnya, termasuk dari luar negeri, baik produksi rumah tangga maupun produksi skala besar," tambahnya.(nov)
http://eramuslim.com

Someone don't believe that ALLAH exists

A man went to a barber shop to have his hair and his beard cut as always. He started to have a good conversation with the barber who attended him. They talked about so many things and various subjects.

Suddenly, they touched the subject of ALLAH. The barber said : "Look man, I don't believe that ALLAH exists as you say so." "Why do you say that?" Asked the client. Well, it's so easy, you just have to go out in the street to realize that ALLAH does not exist. Oh, tell me, if ALLAH existed, would there be so many sick people? Would there be abandoned children? If ALLAH existed, there would be no suffering nor pain. I can't think of a ALLAH who permits all of these things." The client stopped for a moment thinking but he didn't want to respond so as to prevent an argument.

The barber finished his job and the client went out of the shop. Just after he left the barber shop he saw a man in the street with a long hair and beard (it seems that it had been a long time since he had his cut and he looked so untidy). Then the client again entered the barber shop and he said to the barber : " know what? Barbers do not exist."

"How come they don't exist?"-asked the barber. "Well I am here and I am a barber." "No!" - the client exclaimed. "They don't exist because if they did there would be no people with long hair and beard like that man who walks in the street."

"Ah, barbers do exist, what happens is that people do not come to me." "Exactly!"- affirmed the client. "That's the point. ALLAH does exist, what happens is people don't go to Him and do not look for Him that's why there's so much pain and suffering in the world."
[Sumber : unknown]

JURU DAKWAH YANG TIDAK GENTAR

Kekalahan umat Islam dalam perang Uhud menyebabkan bangkitnya kemarahan orang-orang badwi di sekitar Madinah untuk mencemuh dan mengungkit-ngungkit dendam lama yang sebelumnya sudah terpendam. Namun tanpa curiga sedikit pun Rasulullah memberikan sambutan baik atas kedatangan sekelompok pedagang Arab yang menyatakan keinginan sukunya hendak mendengar dan memeluk Islam. Untuk itu mereka meminta para jurudakwah dikirimkan ke kampung suku itu. Rasulullah s.a.w meluluskan. Enam orang sahabat yang alim diutus untuk melaksanakan tugas tersebut. Mereka berangkat bersama para pedagang Arab itu.

Di kampung Ar-Raji, dalam wilayah kekuasaan suku Huzail, para pedagang itu tiba-tiba melakukan pengurangan atas keenam sahabat Rasulullah s.a.w, sambil berseru meminta bantuan kaum Huzail. Keenam pendakwah itu dengan pantas menghunus senjata masing-masing dan siap mengadakan perlawanan, setelah insaf bahwa mereka tengah dijebak.
Para pedagang yang licik tadi berteriak, "Sabar saudara-saudara. Kami tidak bermaksud membunuh atau menganiayai kalian. Kami cuma mahu menangkap kalian untuk kami jual ke Makkah sebagai budak belian. Keenam sahabat Rasulullah s.a.w itu tahu nasib mereka bahkan lebih buruk daripada terbunuh dalam pertarungan tidak berimbang itu. Kerana mereka segera bertakbir seraya menyerang dengan tangkas.

Terjadilah pertempuran seru antara enam pendakwah berhati tulus dengan orang-orang yang beringas yang jumlanya jauh lebih besar. Pedang mereka ternyata cukup tajam. Beberapa orang lawan telah menjadi korban. Akhirnya tiga sahabat tertusuk musuh dan langsung gugur. Seorang lagi dibaling batu beramai-ramai hingga tewas. Bakinya tinggal dua orang; Zaid bin Addutsunah dan Khusaib bin Adi.
Apalah daya dua orang pejuang, betapa pun lincahnya perlawanan merek, menghadapi begitu banyak musuh yang tangguh ? Selang beberapa saat sesudah jatuhnya empat sahabat tadi, kedua orang itu dapat dilumpuhkan dan belenggu. Lalu mereka diangkut menuju pasar budak di Makkah. Zaid dibeli oleh Shafwan bin Umayyah. Ayah Shafwan, Umayyah bin Khalaf, adalah majikan Bilal dan Amir bin Fuhairah. Umayyah terkenal sangat kejam kepada budak-budaknya. Bilal pernah disalib di atas pasir dan dijemur di tengah teik matahari dengan badan ditindihi batu. Untung Bilal ditebus oleh Saiyidina Abu Bakar Assidiq dan dimerdekakan. Orang Habsyi ini kemudian terkenal sebagai sahabat dekat Rasulullah s.a.w. dan diangkat sebagai Muazin, tukang azan.

Dalam perang Badar, Umayyah bin Khalaf berhadap-hadapan dengan bekas budaknya itu. Dan Bilal berhasil membunuhnya dalam pertempuran yang sengit satu lawan satu. Adapun Khubaib bin Adi diambil oleh Uqbah bin Al-Harits dengan tujuan yang sama seperti maksud Shafwan membeli Zaid bin Abdutsunah. Iaitu untuk membalas dendam kebencian mereka kepada umat Islam.
Maka oleh orang-orang Quraisy, Zaid diseret menuju Tan'im, salah satu tempat untuk miqat umrah. DI sanalah Zaid akan dijalani hukuman pancung, buatkan sesuatu yang ia tidak pernah melakukannya, iaitu terbunuhnya Umayyah bin Khalaf, ayahanda Shafwan. Menjelang algojo menetak parangnya, pemimpin kaum Musyrikin Abu Sufyan bertanya garang, "Zaid bedebah, apakah engkau senang seandainya di tempatmu ini Muhammad, sedangkan engkau hidup tenteram bersama keluargamu di rumah ?"

"Janganlah begitu," bantah Zaid dengan keras. "Dalam keadaan begini pun aku tidak rela Rasulullah tertusuk duri kecil di rumahnya."
Abu Sufyan menjadi marah. "Bereskan," teriaknya kepada algojo. Dalam sekelip mata, sebilah parang berkilat di tengah terik matahari dan darah segar menyembur keluar. Zaid bin Abdutsunah gugur setelah kepalanya dipotong, menambah jumlah penghuni syurga dengan seorang syuhada' lagi. Di hati Abu Sufyan dan orang-orang Quraisy lainnya timbul keheranan akan kesetiaan para sahabat kepada Muhammad. Sampai tergamam di bibir Abu Sufyan ucapan kagum, "Aku tidak perna menemukan seorang yang begitu dicintai para sahabat seperti Muhammad."

Sesudah selesai pemancungan Zaid, datang pula rombongan lain yang menyeret Khubaib bin Adi. Sesuai dengan hukum yang berlaku di seluruh Tanah Arab, kepada pesalah yang dijatuhi qisas mati diberikan hak untuk menyampaikan permintaan terakhir. Demikian juga Khubaib. Juru dakwah yang bestari ini meminta izin untuk solat sunnah dua rakaat. Permohonan tersebut dikabulkan. Dengan khusyuk dan tenang, seolah-olah dalam suasana aman tenteram tanpa ancaman kematian, Khubaib melaksanakan ibadahnya sampai selesai. Setelah salam dan mengangkat dua tangan, ia berkata, "Demi Allah. Andaikata bukan kerana takut disangka aku gentar menghadapi maut, maka solatku akan kulakukan lebih panjang."

Khubaib disalib dahulu lalu dihabisi sepertimana dilaksanakan ke atas Zaid bin Abdutsunah. Jasadnya telah lebur sebagaimana jenazah lima sahabatnya yang lain. Namun semangat dakwah mereka yang dilandasi keikhlasan untuk menyebarkan ajaran kebenaran takkan pernah padam dari permukaan bumi. Semangat itu terus bergema sehingga makin banyak jumlah pendakwah yang dengan kekuatan sendiri, atas biaya peribadi, menyelusup keluar-masuk pedalaman berbatu-batu karang atau berhutan-hutan belantara buat menyampaikan firman Tuhan menuju keselamatan

Az-Zaitun Aliran Sesat?

Tadi buka-buka internet eh nemuin ini. Walaupun mungkin dah nggak banyak berita di TV, tapi ini penting lho! Kayak waktu mau ke jogja, aku dah diingetin soal ini.

Selamat membaca

Ass. Wr. Wb.

Beberapa bulan yang lalu saya pernah "dijebak" oleh teman untuk dibawa ke sebuah "pengajian." Saya sempat datang 4 kali ke pengajian tersebut. Saya sempat curiga dengan metode pengajian yang mana saya harus merahasiakan baik tempat maupun materi dari pengajian tersebut. Untunglah saya belum sempat dibaiat sehingga bisa keluar dari pengajian tersebut.

Belakangan, setelah saya desak, barulah teman saya tersebut mengakui bahwa pengajian tersebut adalah Az-Zaitun, yang berinduk ke Negara Islam Indonesia (NII KW9). Isi dari pengajian tersebut banyak sekali yang saya rasakan "aneh", dan dipaksa-paksakan agar nyambung dengan misi mereka, antara lain:

1. QS;7:98 di situ ada kata-kata dalam bahasa Arab Ba'tsuna (maaf saya tulis pakai huruf latin), mereka mengatakan bahwa tsuna tersebut artinya adalah tsunami, yang mana ini menunjukkan bahwa Allah menghukum Negara Indonesia yang banyak dosa. Saya protes pada saat itu karena meskipun saya tidak bisa bahasa arab, tapi saya tahu bahwa tsunami berasal dari bahasa Jepang, dan sama sekali ngga ada kaitan dengan bahasa Arab.

2. Kata Bismillah, mereka katakan bahwa artinya adalah berasal dari kata Isme-Allah, artinya isme=paham, sama seperti Isme pada kata Animisme, Dinamisme, dll. Jadi Bismillah artinya adalah paham Allah. Sekali lagi saya berdebat karena saya tahu kata "Isme" berasal dari bahasa latin dan tidak ada kaitannya dengan Bismillah.

3. Surat Al-Fatihah, ditafsirkan (dicomot dengan kata-kata paksaan sedemikian rupa), sehingga akhirnya "tersimpulkan" bahwa ibadah yang diterima Allah hanyalah ibadah yang dilaksanakan di Bumi Allah (NII/Az-Zaitun), dengan aturan Allah, dan oleh orang Islam (orang yang sudah dibaiat). Jadi Ibadah yang dilaksanakan di Indonesia adalah tidak sah.

Terus terang saya bukan ahli agama, baca Quran pun terbata-bata, tapi saya melihat ajaran di atas adalah sesat.

Bagaimana menurut ustadz? Apakah MUI pernah memantau organisasi ini?

Terima kasih, maaf jika saya salah dan maaf jika pertanyaan saya terlalu menjurus.

Wass. wr. wb.

Suse
suse at eramuslim.com

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Barangkali kami tidak akan membahas apa itu Az-Zaitun dan apa hakikatnya, tapi kami hanya akan menjawab hal-hal yang terkait dengan esensi penyimpangan pemahaman sesuai dengan apa anda sampaikan.

Pembahasan ini kami anggap lebih bermanfaat, sebab tetap berlaku, siapa pun yang mengatakannya, Az-Zaitun atau yang lainnya.

Maksudnya, kami dalam hal ini bukan semata-mata menuduh pihak Az-Zaitun, sebab kami tidak mendapatkan akses untuk melakukan penyelidikan silang kepada mereka. Bisa jadi memang benar, tapi bisa saja salah, kalau pemahaman seperti ini dinisbatkan kepada pihak Az-Ziatun. Hanya Allah SWT yang tahu hal itu.

Apa yang 'orang-orang itu' sampaikan kepada anda, kalau dikatakan sebagai terjemahan Al-Quran, tentu saja tidak tepat. Dan anda benar, bahwa arti lafadz 'ba'suna' memang bukan tsunami. Tetapi hal yang lebih umum lagi, yaitu siksa, azab atau cobaan.

Kalau contoh ba'suna salah satunya adalah tsunami, mungkin ada benarnya. Tapi salah besar kalau kata ba'suna artinya adalah tsunami. Tentu orang yang sedikit saja mengerti bahasa arab, akan terpingkal-pingkal mendengar penerjamaahn 'aneh' model begini.

Kalau kita kaitkan dengan ayat lain, ada kaum kafir yang justru punya 'ba'sa' yang sangat dahsyat, tetapi jelas-jelas artinya bukan tsunami.

Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan memiliki keberanian yang sangat, dan keputusan berada ditanganmu: maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan."(QS. An-Naml: 33)

Ayat ini juga menggunakan kata 'ba'sa', tapi artinya bukan tsunami, melainkan kekuatan. Dan yang berbicara juga bukan Allah melainkan orang kafir, yaitu para ahli musyawarah ratu Balqis saat merundingkan ajakan Nabi Sulaiman untuk masuk Islam. Kalau kata 'ba'sa' diartikan tsunami, tentu sangat tidak nyambung. Masak sih tsunami dikuasai oleh manusia? Apalagi manusianya hanya bangsa Saba' yang terkenal penyembah matahari? Sangat aneh kalau diterjemahkan sebagai tsunami, bukan?

Ibadah yang Sah Hanya yang di Bumi Allah?

Pemahaman seperti ini jelas sekali tidak sesuai dengan begitu banyak ayat Al-Quran dan juga hadits nabi SAW. Bahkan tidak sesuai dengan sejarah Islam.

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Bqarah: 115)

Salah besar kalau 'orang-orang itu' mengatakan tidak sah beribadah kecuali hanya di tanah tertentu. Bahkan tidak juga harus di tanah haram Makkah dan Madinah saja. Di mana pun di atas bumi, bahkan keluar bumi sekalipun, kita tetap sah dan wajib menyembah Allah. Pemahaman aneh seperti yang anda sebutkan itu memang mencirikan sebuah paham sesat yang tidak punya dalil yang benar.

Sejarah Islam menyebutkan bahwa nabi Muhammad SAW seringkali bepergian ke luar negeri Islam. Dan beliau aktif mengutus para shahabatnya untuk berdakwah ke luar negeri. Mereka pasti melakukan shalat di mana saja, meski di daerah negara kafir sekali pun. Siapa bilang shalat hanya sah di Makkah atau Madinah saja?

Bahkan di semua jengkal tanah di bumi ini, kita boleh dan sah bahkan wajib untuk shalat. Sebagaimana hadits berikut ini:

وعن أبي أمامة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: جعلت الأرض كلها لي ولأمتي مسجدا وطهورا ، فأينما أدركت رجلا من أمتي الصلاة فعنده مسجده وعنده طهوره رواهما أحمد

Dari Abi Umamah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Telah dijadikan tanah seluruhnya untukkku dan ummatku sebagai masjid dan pensuci. Di manapun shalat menemukan seseorang dari umatku, maka dia punya masjid dan media untuk bersci. (HR. Ahmad 5: 248)

Maka tidak ada kebenaran dari pemahaman seperti ini. Apalagi ibadah harus di tempat tertentu, sedangkan Madinah dan Makkah yang betul-betul aslinya, tidak ada keharusan. Apalagi hanya di tanah tertentu di muka bumi ini.

Juga merupakan pemahamansesat bilamengatakan bahwa ibadah seorang tidak diterima kalau belum berbaiat. Ini sebuah kebodohan besar yang tidak berdasar. Sebab dari ratusan ribu shahabat nabi SAW itu, tidak semuanya ikut berbai'at kepada beliau. Hanya beberapa gelintir shahabat saja yang pernah ikut bai'at Aqabah I, II serta Bai'at Ridhwan. Apakah semua shahabat yang tidak ikut bai'at itu kafir semua?

Tentu saja tidak. Sebab syarat keIslaman itu bukan bai'at tetapi syahadat. Hanya orang kurang ilmu saja yang menyamakan antara bai'at dengan syahadat. Karena itu haram hukumnya belajar agama kepada orang atau kelompok yang tidak punya ilmu, yang tidak bisa membedakanantara syahadat dan bai'at.Bahkan tidak mengerti bahasa arab dan tidak bisa menerjemahkan Al-Quran.

Lepas dari siapa dan apa nama kelompok yang mereka namakan.

Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc.

Sumber: http://walausetitik.blogspot.com/