Rabu, 03 Juni 2009
ISLAM DAN POSITIVE THINKING
Islam memfasilitasi umat manusia agar dapat menikmati hidup ini dengan tenang, damai dan tanpa beban. Menikmati hidup dengan selalu tersenyum, ringan dalam melangkah, serta memandang dunia dengan berseri-seri. Inilah implementasi dari ajaran Islam yang memang dirancang untuk selalu memudahkan dan menjadi rahmat bagi sekalian alam.
Untuk mewujudkan hidup yang sealu tersenyum, ringan dan tanpa beban tersebut; Islam memberikan beberapa tuntunan. Yaitu di antaranya: menjaga keseimbangan, selalu berbaik sangka (Khusnudzdzan), jugadengan berpikir positif. Namun karena keterbatasan ruang dan waktu, saya akan membatasi pembahasan kali ini hanya tentang husnudzdzan dan berpikir positif.
Pertanyaan yang sangat mendasar adalah: mengapa Islam sampai menekankan pentingnya khusnudzdzan dan berpikir positif? Paling tidak, ada empat alasan yang bisa dikemukakan di sini.
Pertama, kita harus khusnudzdzan dan berpikir positif karena ternyata orang lain seringkali tidak seburuk yang kita kira. Contoh terbaik mengenai hal ini ialah kisah Nabi Khidhir dan Nabi Musa Alaihima As-Salam. Suatu kali, Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan Nabi Musa untuk menambah ilmu dari seseorang yang sedang berdiri di tepi pantai yang mempertemukan dua arus laut. Setelah mencari tempat yang dimaksud, di situ beliau menemukan Nabi Khidhir, dan kemudian mengutarakan maksudnya. Nabi Khidhir mau menerima dengan satu syarat; Nabi Musa tidak boleh grasa-grusu bertanya sampai Nabi Khidhir menjelaskan.
“Tapi aku yakin, kamu tidak akan bisa bersabar”, tambah Nabi Khidhir lagi. Namun karena Nabi Musa bersikeras, akhirnya dimulailah perjalanan beliau berdua berdasarkan syarat tadi. Ternyata benar!! Ketika dalam perjalanan itu Nabi Khidhir melakonkan hikmah demi
hikmah yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, tak sekalipun Nabi Musa mampu bersabar untuk tidak grasa-grusu menafsirkan yang bukan-bukan. (Qs. Al-Kahfi: 60-82).
Dalam kisah Qur’ani ini, poin penting yang dapat dipetik: kita harus selalu berbaik sangka dan berpikir positif terhadap orang lain. Karena, bisa jadi, orang lain tidaklah seburuk yang kita kira. Sebab kita hanya bisa melihat apa yang tampak, namun tidak tahu niat baik apa yang ada di hatinya…dan seterusnya.
Kedua, berbaik sangka dan berpikir positif dapat mengubah suatu keburukan menjadi kebaikan. Kita dapat menemukan pembuktiannya dalamteladan Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam, ketika seluruh kafilah-kafilah Arab berkumpul di Makkah pada tahun-tahun pertama turunnya wahyu. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Rasulullah
untuk menyampaikan risalah Islam kepada semua kafilah itu. Namun yang terjadi, mereka justru mencaci dan menyakiti Rasulullah, serta melumuri wajah beliau dengan pasir.
Saat itu, datanglah malaikat ke hadapan Rasulullah, “Wahai Muhammad, (dengan perlakuan mereka ini) sudah sepantasnya jika kamu berdoa kepada Allah agar membinasakan mereka seperti doa Nuh –`Alaihi As- Salamâ€â€atas kaumnya.” Rasulullah segera mengangkat tangan beliau. Tetapi yang terucap dalam doa beliau bukanlah doa kutukan, melainkan untaian maaf dan harapan bagi orang-orang yang telah menyakitinya, “Ya Allah, berilah petunjuk kepada kaumku. Sesungguhnya (mereka melakukan semua ini terhadapku) hanya karena mereka tidak tahu. Ya Allah, tolonglah aku agar mereka bisa
menyambut ajakan untuk taat kepada-Mu.” (”Al-Ahadits Al-Mukhtarah, karya Abu `Abdillah Al-Maqdasi, 10/14).
Pilihan beliau ternyata tidak salah. Tak lama setelah peristiwa tersebut, mereka yang pernah menyakiti beliau berangsur-angsur memeluk Islam dan menjadi Sahabat yang paling setia. Ini sesuai dengan ajaran Al-Qur’an, “Tanggapilah (kejahatan itu) dengan cara
yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dengan dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat akrab.” (Qs. Al-Fushilat: 34)
Ketiga, berbaik sangka dan berpikir positif dapat menyelamatkan hati dan hidup kita. Sebab hati yang bersih adalah hati yang tidak menyimpan kebencian. Hati yang tenteram adalah hati yang tidak memendam syakwasangka dan apriori terhadap orang lain. Dan hati yang berseri-seri hanyalah hati yang selalu berpikir positif bagi dirinya
maupun orang lain.
Kebencian, berburuk sangka dan berpikir negatif hanya akan meracuni hati kita. Sebab itulah, ketika Orang-orang Yahudi mengumpat Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam yang sedang duduk santai bersama Aisyah Radhiyallahu `Anha, dan Aisyah terpancing dengan balas menyumpahi mereka; Rasulullah segera mengingatkan Aisyah, “Kamu tidak perlu begitu, karena sesungguhnya Allah menyukai kesantunan dan kelemah-lembutan dalam segala hal.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim, dari Aisyah Ra.). Subhanallah!! Beliau yang seorang utusan Allah dan pemimpin masyarakat muslim, yang sebenarnya bisa dengan mudah membalas perlakuan Orang-orang Yahudi itu, ternyata memilih untuk tetap santun dan berpikir positif –agar menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.
Senada dengan hadits di atas, ada ungkapan yang sangat menggugah dari seorang sufi: “Yang paling penting adalah bagaimana kita selalu baik kepada semua orang. Kalau kemudian ada orang yang tidak baik kepada kita, itu bukan urusan kita, tapi urusan orang itu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Keempat, berpikir positif bisa membuat hidup kita lebih legowo, karena toh Allah Subhanahu wa Ta’ala seringkali menyiapkan rencana-rencana yang mengejutkan bagi hambaNya. Suatu saat, Umar bin Khaththab Radhiyallahu `Anhu dirundung kegalauan yang menyesakkan. Salah seorang puteri beliau, Hafshah Radhiyallahu `Anha, baru saja
menjanda. Maka Umar datang menemui Abu Bakar Radhiyallahu `Anhu menawarinya agar mau menikahi Hafshah. Ternyata Abu Bakar menolak. Kemudian Umar menawari Utsman bin Affan Radhiyallahu `Anhu untuk menikahi Hafshah, namun Utsman pun menolaknya. (Shahih Al-Bukhari, 4/1471. Versi penjelasnya juga dapat dibaca dalam Tafsir Al-Qurthubi, 13/271).
Dalam kegalauan itu, Umar mengadu kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam tentang sikap kedua Sahabat tersebut. Maka Rasulullah menuntun Umar agar selalu berpikir positif sehingga bisa menjalani hidup dengan legowo. Rasulullah bahkan
berdoa, “Semoga Allah akan menentukan pasangan bagi Hafshah, yang jauh lebih dari Utsman; serta menentukan pasangan bagi Utsman, yang jauh lebih baik dari Hafshah.”
Ternyata, tak lama setelah itu, Rasulllah menikahkan Utsman dengan puteri beliau sendiri. Dan setelah itu, beliau pun menikahi Hafshah. Allahumma Innî qad ballaghtu, fasyhad…! (Hernoe)
sumber:http://www.gp-ansor.org
Minggu, 12 April 2009
Pemerintah Tindak Tegas Produsen Dendeng dan Abon Mengandung Babi
Untuk menghentikan peredaran dendeng haram tersebut, menurutnya, langkah yang akan diambil adalah pendekatan hukum dan menarik produk tersebut dari pasaran. “Kita telah menurunkan tim lintas instansi untuk menyelidiki kasus tersebut,” ucapnya.
Nasaruddin Umar mengakui, memang telah terbukti sejumlah produk dendeng dan abon yang mencantumkan label halal, ternyata mengandung babi.
Sementara itu, Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BP POM) Tien Gartini Budhianto mengatakan, pihaknya akan melakukan uji produk seluruh produk dendeng dan abon yang beredar di Indonesia. ''Kami akan uji semua produk dendeng dan abon dan hasil ujinya nanti akan kami umumkan ke publik secara bertahap. Jadi tidak hanya produk temuan. Pengujian ini dilakukan tidak saja di Jakarta, tapi juga di 26 Badan POM yang ada di 26 provinsi,'' tandas Tien.
Untuk membuktikan apakah produk olahan itu mengandung babi atau tidak, lanjutnya, diperlukan uji laboratorium, namun pihak akan kesulitan mengujinya apabila sudah berupa olahan. Akan tetapi, bekerjasama dengan Depag, Depkes dan MUI pihaknya akan menjamin produk olahan itu aman dikonsumsi, sedangkan yang berhak menentukan halal dan haram merupakan wewenang dari LPPOM MUI
"Kalau masih berupa daging, masih mudah untuk dibedakan. Tapi kalau sudah berupa produk makanan, sangat sulit, harus uji DNA melalui tes laboratorium," jelasnya.
Sertifikasi Juru Potong
Dalam kesempatan yang sama, Vterinary Public Health Departemen Pertanian Turni Rusli mengatakan bahwa sejak tahun lalu, pihaknya sudah bekerjasama dengan LPPOM MUI untuk memberikan sertifikat juru sembelih halal.
Sehingga, menurutnya, seluruh Rumah Potong Hewan (RPH) di Indonesia yang memotong sapi atau hewan lainnya, harus dipotong secara halal, apabila akan diedarkan untuk umum. "Itu ada di UU dan di Peraturan menteri. Persoalannya, apakah sudah ada sertifikat atau belum," jelasnya.
Melihat prkembangan ini, pihaknya berencana membuat program sertifikasi juru sembelih halal, bekerjasama dengan LPPOM MUI. Dan program yang telah dimulai tahun lalu ini, akan dioptimalkan lagi pada tahun ini.
"Fungsi kita menjamin produk pangan asal hewan harus aman, sehat, utuh dan halal (ASUH). Kita harus jamin itu, dari manapun asalnya, termasuk dari luar negeri, baik produksi rumah tangga maupun produksi skala besar," tambahnya.(nov)
http://eramuslim.com
Someone don't believe that ALLAH exists
Suddenly, they touched the subject of ALLAH. The barber said : "Look man, I don't believe that ALLAH exists as you say so." "Why do you say that?" Asked the client. Well, it's so easy, you just have to go out in the street to realize that ALLAH does not exist. Oh, tell me, if ALLAH existed, would there be so many sick people? Would there be abandoned children? If ALLAH existed, there would be no suffering nor pain. I can't think of a ALLAH who permits all of these things." The client stopped for a moment thinking but he didn't want to respond so as to prevent an argument.
The barber finished his job and the client went out of the shop. Just after he left the barber shop he saw a man in the street with a long hair and beard (it seems that it had been a long time since he had his cut and he looked so untidy). Then the client again entered the barber shop and he said to the barber : " know what? Barbers do not exist."
"How come they don't exist?"-asked the barber. "Well I am here and I am a barber." "No!" - the client exclaimed. "They don't exist because if they did there would be no people with long hair and beard like that man who walks in the street."
"Ah, barbers do exist, what happens is that people do not come to me." "Exactly!"- affirmed the client. "That's the point. ALLAH does exist, what happens is people don't go to Him and do not look for Him that's why there's so much pain and suffering in the world."
[Sumber : unknown]
JURU DAKWAH YANG TIDAK GENTAR
Di kampung Ar-Raji, dalam wilayah kekuasaan suku Huzail, para pedagang itu tiba-tiba melakukan pengurangan atas keenam sahabat Rasulullah s.a.w, sambil berseru meminta bantuan kaum Huzail. Keenam pendakwah itu dengan pantas menghunus senjata masing-masing dan siap mengadakan perlawanan, setelah insaf bahwa mereka tengah dijebak.
Para pedagang yang licik tadi berteriak, "Sabar saudara-saudara. Kami tidak bermaksud membunuh atau menganiayai kalian. Kami cuma mahu menangkap kalian untuk kami jual ke Makkah sebagai budak belian. Keenam sahabat Rasulullah s.a.w itu tahu nasib mereka bahkan lebih buruk daripada terbunuh dalam pertarungan tidak berimbang itu. Kerana mereka segera bertakbir seraya menyerang dengan tangkas.
Terjadilah pertempuran seru antara enam pendakwah berhati tulus dengan orang-orang yang beringas yang jumlanya jauh lebih besar. Pedang mereka ternyata cukup tajam. Beberapa orang lawan telah menjadi korban. Akhirnya tiga sahabat tertusuk musuh dan langsung gugur. Seorang lagi dibaling batu beramai-ramai hingga tewas. Bakinya tinggal dua orang; Zaid bin Addutsunah dan Khusaib bin Adi.
Apalah daya dua orang pejuang, betapa pun lincahnya perlawanan merek, menghadapi begitu banyak musuh yang tangguh ? Selang beberapa saat sesudah jatuhnya empat sahabat tadi, kedua orang itu dapat dilumpuhkan dan belenggu. Lalu mereka diangkut menuju pasar budak di Makkah. Zaid dibeli oleh Shafwan bin Umayyah. Ayah Shafwan, Umayyah bin Khalaf, adalah majikan Bilal dan Amir bin Fuhairah. Umayyah terkenal sangat kejam kepada budak-budaknya. Bilal pernah disalib di atas pasir dan dijemur di tengah teik matahari dengan badan ditindihi batu. Untung Bilal ditebus oleh Saiyidina Abu Bakar Assidiq dan dimerdekakan. Orang Habsyi ini kemudian terkenal sebagai sahabat dekat Rasulullah s.a.w. dan diangkat sebagai Muazin, tukang azan.
Dalam perang Badar, Umayyah bin Khalaf berhadap-hadapan dengan bekas budaknya itu. Dan Bilal berhasil membunuhnya dalam pertempuran yang sengit satu lawan satu. Adapun Khubaib bin Adi diambil oleh Uqbah bin Al-Harits dengan tujuan yang sama seperti maksud Shafwan membeli Zaid bin Abdutsunah. Iaitu untuk membalas dendam kebencian mereka kepada umat Islam.
Maka oleh orang-orang Quraisy, Zaid diseret menuju Tan'im, salah satu tempat untuk miqat umrah. DI sanalah Zaid akan dijalani hukuman pancung, buatkan sesuatu yang ia tidak pernah melakukannya, iaitu terbunuhnya Umayyah bin Khalaf, ayahanda Shafwan. Menjelang algojo menetak parangnya, pemimpin kaum Musyrikin Abu Sufyan bertanya garang, "Zaid bedebah, apakah engkau senang seandainya di tempatmu ini Muhammad, sedangkan engkau hidup tenteram bersama keluargamu di rumah ?"
"Janganlah begitu," bantah Zaid dengan keras. "Dalam keadaan begini pun aku tidak rela Rasulullah tertusuk duri kecil di rumahnya."
Abu Sufyan menjadi marah. "Bereskan," teriaknya kepada algojo. Dalam sekelip mata, sebilah parang berkilat di tengah terik matahari dan darah segar menyembur keluar. Zaid bin Abdutsunah gugur setelah kepalanya dipotong, menambah jumlah penghuni syurga dengan seorang syuhada' lagi. Di hati Abu Sufyan dan orang-orang Quraisy lainnya timbul keheranan akan kesetiaan para sahabat kepada Muhammad. Sampai tergamam di bibir Abu Sufyan ucapan kagum, "Aku tidak perna menemukan seorang yang begitu dicintai para sahabat seperti Muhammad."
Sesudah selesai pemancungan Zaid, datang pula rombongan lain yang menyeret Khubaib bin Adi. Sesuai dengan hukum yang berlaku di seluruh Tanah Arab, kepada pesalah yang dijatuhi qisas mati diberikan hak untuk menyampaikan permintaan terakhir. Demikian juga Khubaib. Juru dakwah yang bestari ini meminta izin untuk solat sunnah dua rakaat. Permohonan tersebut dikabulkan. Dengan khusyuk dan tenang, seolah-olah dalam suasana aman tenteram tanpa ancaman kematian, Khubaib melaksanakan ibadahnya sampai selesai. Setelah salam dan mengangkat dua tangan, ia berkata, "Demi Allah. Andaikata bukan kerana takut disangka aku gentar menghadapi maut, maka solatku akan kulakukan lebih panjang."
Khubaib disalib dahulu lalu dihabisi sepertimana dilaksanakan ke atas Zaid bin Abdutsunah. Jasadnya telah lebur sebagaimana jenazah lima sahabatnya yang lain. Namun semangat dakwah mereka yang dilandasi keikhlasan untuk menyebarkan ajaran kebenaran takkan pernah padam dari permukaan bumi. Semangat itu terus bergema sehingga makin banyak jumlah pendakwah yang dengan kekuatan sendiri, atas biaya peribadi, menyelusup keluar-masuk pedalaman berbatu-batu karang atau berhutan-hutan belantara buat menyampaikan firman Tuhan menuju keselamatan
Az-Zaitun Aliran Sesat?
Selamat membaca
Ass. Wr. Wb.
Beberapa bulan yang lalu saya pernah "dijebak" oleh teman untuk dibawa ke sebuah "pengajian." Saya sempat datang 4 kali ke pengajian tersebut. Saya sempat curiga dengan metode pengajian yang mana saya harus merahasiakan baik tempat maupun materi dari pengajian tersebut. Untunglah saya belum sempat dibaiat sehingga bisa keluar dari pengajian tersebut.
Belakangan, setelah saya desak, barulah teman saya tersebut mengakui bahwa pengajian tersebut adalah Az-Zaitun, yang berinduk ke Negara Islam Indonesia (NII KW9). Isi dari pengajian tersebut banyak sekali yang saya rasakan "aneh", dan dipaksa-paksakan agar nyambung dengan misi mereka, antara lain:
1. QS;7:98 di situ ada kata-kata dalam bahasa Arab Ba'tsuna (maaf saya tulis pakai huruf latin), mereka mengatakan bahwa tsuna tersebut artinya adalah tsunami, yang mana ini menunjukkan bahwa Allah menghukum Negara Indonesia yang banyak dosa. Saya protes pada saat itu karena meskipun saya tidak bisa bahasa arab, tapi saya tahu bahwa tsunami berasal dari bahasa Jepang, dan sama sekali ngga ada kaitan dengan bahasa Arab.
2. Kata Bismillah, mereka katakan bahwa artinya adalah berasal dari kata Isme-Allah, artinya isme=paham, sama seperti Isme pada kata Animisme, Dinamisme, dll. Jadi Bismillah artinya adalah paham Allah. Sekali lagi saya berdebat karena saya tahu kata "Isme" berasal dari bahasa latin dan tidak ada kaitannya dengan Bismillah.
3. Surat Al-Fatihah, ditafsirkan (dicomot dengan kata-kata paksaan sedemikian rupa), sehingga akhirnya "tersimpulkan" bahwa ibadah yang diterima Allah hanyalah ibadah yang dilaksanakan di Bumi Allah (NII/Az-Zaitun), dengan aturan Allah, dan oleh orang Islam (orang yang sudah dibaiat). Jadi Ibadah yang dilaksanakan di Indonesia adalah tidak sah.
Terus terang saya bukan ahli agama, baca Quran pun terbata-bata, tapi saya melihat ajaran di atas adalah sesat.
Bagaimana menurut ustadz? Apakah MUI pernah memantau organisasi ini?
Terima kasih, maaf jika saya salah dan maaf jika pertanyaan saya terlalu menjurus.
Wass. wr. wb.
Suse
suse at eramuslim.com
Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Barangkali kami tidak akan membahas apa itu Az-Zaitun dan apa hakikatnya, tapi kami hanya akan menjawab hal-hal yang terkait dengan esensi penyimpangan pemahaman sesuai dengan apa anda sampaikan.
Pembahasan ini kami anggap lebih bermanfaat, sebab tetap berlaku, siapa pun yang mengatakannya, Az-Zaitun atau yang lainnya.
Maksudnya, kami dalam hal ini bukan semata-mata menuduh pihak Az-Zaitun, sebab kami tidak mendapatkan akses untuk melakukan penyelidikan silang kepada mereka. Bisa jadi memang benar, tapi bisa saja salah, kalau pemahaman seperti ini dinisbatkan kepada pihak Az-Ziatun. Hanya Allah SWT yang tahu hal itu.
Apa yang 'orang-orang itu' sampaikan kepada anda, kalau dikatakan sebagai terjemahan Al-Quran, tentu saja tidak tepat. Dan anda benar, bahwa arti lafadz 'ba'suna' memang bukan tsunami. Tetapi hal yang lebih umum lagi, yaitu siksa, azab atau cobaan.
Kalau contoh ba'suna salah satunya adalah tsunami, mungkin ada benarnya. Tapi salah besar kalau kata ba'suna artinya adalah tsunami. Tentu orang yang sedikit saja mengerti bahasa arab, akan terpingkal-pingkal mendengar penerjamaahn 'aneh' model begini.
Kalau kita kaitkan dengan ayat lain, ada kaum kafir yang justru punya 'ba'sa' yang sangat dahsyat, tetapi jelas-jelas artinya bukan tsunami.
Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan memiliki keberanian yang sangat, dan keputusan berada ditanganmu: maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan."(QS. An-Naml: 33)
Ayat ini juga menggunakan kata 'ba'sa', tapi artinya bukan tsunami, melainkan kekuatan. Dan yang berbicara juga bukan Allah melainkan orang kafir, yaitu para ahli musyawarah ratu Balqis saat merundingkan ajakan Nabi Sulaiman untuk masuk Islam. Kalau kata 'ba'sa' diartikan tsunami, tentu sangat tidak nyambung. Masak sih tsunami dikuasai oleh manusia? Apalagi manusianya hanya bangsa Saba' yang terkenal penyembah matahari? Sangat aneh kalau diterjemahkan sebagai tsunami, bukan?
Ibadah yang Sah Hanya yang di Bumi Allah?
Pemahaman seperti ini jelas sekali tidak sesuai dengan begitu banyak ayat Al-Quran dan juga hadits nabi SAW. Bahkan tidak sesuai dengan sejarah Islam.
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Bqarah: 115)
Salah besar kalau 'orang-orang itu' mengatakan tidak sah beribadah kecuali hanya di tanah tertentu. Bahkan tidak juga harus di tanah haram Makkah dan Madinah saja. Di mana pun di atas bumi, bahkan keluar bumi sekalipun, kita tetap sah dan wajib menyembah Allah. Pemahaman aneh seperti yang anda sebutkan itu memang mencirikan sebuah paham sesat yang tidak punya dalil yang benar.
Sejarah Islam menyebutkan bahwa nabi Muhammad SAW seringkali bepergian ke luar negeri Islam. Dan beliau aktif mengutus para shahabatnya untuk berdakwah ke luar negeri. Mereka pasti melakukan shalat di mana saja, meski di daerah negara kafir sekali pun. Siapa bilang shalat hanya sah di Makkah atau Madinah saja?
Bahkan di semua jengkal tanah di bumi ini, kita boleh dan sah bahkan wajib untuk shalat. Sebagaimana hadits berikut ini:
وعن أبي أمامة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: جعلت الأرض كلها لي ولأمتي مسجدا وطهورا ، فأينما أدركت رجلا من أمتي الصلاة فعنده مسجده وعنده طهوره رواهما أحمد
Dari Abi Umamah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Telah dijadikan tanah seluruhnya untukkku dan ummatku sebagai masjid dan pensuci. Di manapun shalat menemukan seseorang dari umatku, maka dia punya masjid dan media untuk bersci. (HR. Ahmad 5: 248)
Maka tidak ada kebenaran dari pemahaman seperti ini. Apalagi ibadah harus di tempat tertentu, sedangkan Madinah dan Makkah yang betul-betul aslinya, tidak ada keharusan. Apalagi hanya di tanah tertentu di muka bumi ini.
Juga merupakan pemahamansesat bilamengatakan bahwa ibadah seorang tidak diterima kalau belum berbaiat. Ini sebuah kebodohan besar yang tidak berdasar. Sebab dari ratusan ribu shahabat nabi SAW itu, tidak semuanya ikut berbai'at kepada beliau. Hanya beberapa gelintir shahabat saja yang pernah ikut bai'at Aqabah I, II serta Bai'at Ridhwan. Apakah semua shahabat yang tidak ikut bai'at itu kafir semua?
Tentu saja tidak. Sebab syarat keIslaman itu bukan bai'at tetapi syahadat. Hanya orang kurang ilmu saja yang menyamakan antara bai'at dengan syahadat. Karena itu haram hukumnya belajar agama kepada orang atau kelompok yang tidak punya ilmu, yang tidak bisa membedakanantara syahadat dan bai'at.Bahkan tidak mengerti bahasa arab dan tidak bisa menerjemahkan Al-Quran.
Lepas dari siapa dan apa nama kelompok yang mereka namakan.
Wallahu a'lam bishshawab wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc.
Sumber: http://walausetitik.blogspot.com/
Jumat, 16 Januari 2009
Learning to become Entrepreneur of The Thamud (3)
By M. Suyanto
Kebenaran yang diajarkan Nabi Saleh bukan diterima dengan sepenuh hati, tetapi dibalas dengan keangkuhan dan kemarahan mereka dengan merencanakan untuk membunuh unta tersebut. Dalam surat Al Qamar ayat 29 : ”Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (untuk itu) dan membunuhnya”.
Kemudian dalam surat Huud 65 : ”Mereka membunuh unta itu, maka berkata Saleh: ”Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tigahari itu adalah janji yang tidak dapat didustakan”. Kemudian kaum Tsamud juga berencana untuk membunuh Nabi Saleh a.s. dan keluarganya disebutkan dalam surat An Naml ayat 48 – 50 : Dan adalah di kota itu, sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di bumi dan mereka tidak berbuat kabaikan. Mereka berkata :”Bersumpahlah kamu dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerang dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian keluarganya itu dan sungguh kita orang-orang yang benar”. Dan merekapun melakukan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidakmenyadari.
Setelah itu Nabi Saleh meninggalkan kaumnya. Kemudian datanglah janji Allah untuk menghancurkan mereka setelah tiga hari. Pada hari keempat, datanglah azab Allah yang disebutkan dalam surat Huud ayat 66-68 : Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Saleh beserta orang-orang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan (Kami selamatkan) dari kehinaan hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaan bagi kaum Tsamud. Demikian pula dalam surat Al Qamar ayat 30-32 : Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka suara keras yang mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang. Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambilpelajaran?
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a. berkata: Ketika Rasulullah s.a.w. membawa sahabat ke Tabuk sempat berhenti sebentar di Hijr daerah kaum Tsamud, tiba-tiba sahabat \mengambil air dari sumur tempat minum orang Tsamud itu dan mereka gunakan membuat makanan dan ketika telah ditanak di dalam kuali, tiba-tiba Nabi s.a.w. memerintahkan kepada mereka supaya menuangkan semua yang ada dalam kuali (panci-panci) itu dan diberikan makanan untuk unta. Kemudian beliau pergi dengannya sampai mereka berhenti di sumur tempat unta (Nabi Shalih) dahulu minum, lalu Nabi s.a.w. melarang mereka masuk di tempat orang-orang yang telah disiksa sambil bersabda : ” Sungguh aku kawatir kalian ditimpa apa yang telah meinimpa mereka, karena itu sekali-kali jangan masuk di tempat mereka” (Ahmad). Riwayat lain menyebutkan bahwa Ibnu Umar r.a. berkata, ”Ketika Rasulullah s.a.w. di Hijr, beliau bersabda : Jangan masuk ke tempat orang-orang yang tersiksa itu kecuali jika kalian sambil menangis, jika tidak dapat menangis maka jangan masuk ke sana, jangan sampai kalian tertimpa apa yang telah menimpa mereka”. (Ahmad).
Sebaliknya Nabi Saleh a.s. dan kaum yang beriman diselamtakan oleh Allah dalam surat An Naml ayat 53 : Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu bertakwa.
www.msuyanto.com
Learning to become Entrepreneur of The Thamud (3)
By M. Suyanto
Kebenaran yang diajarkan Nabi Saleh bukan diterima dengan sepenuh hati, tetapi dibalas dengan keangkuhan dan kemarahan mereka dengan merencanakan untuk membunuh unta tersebut. Dalam surat Al Qamar ayat 29 : ”Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (untuk itu) dan membunuhnya”.
Kemudian dalam surat Huud 65 : ”Mereka membunuh unta itu, maka berkata Saleh: ”Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tigahari itu adalah janji yang tidak dapat didustakan”. Kemudian kaum Tsamud juga berencana untuk membunuh Nabi Saleh a.s. dan keluarganya disebutkan dalam surat An Naml ayat 48 – 50 : Dan adalah di kota itu, sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di bumi dan mereka tidak berbuat kabaikan. Mereka berkata :”Bersumpahlah kamu dengan nama Allah, bahwa kita sungguh-sungguh akan menyerang dengan tiba-tiba beserta keluarganya di malam hari, kemudian kita katakan kepada warisnya (bahwa) kita tidak menyaksikan kematian keluarganya itu dan sungguh kita orang-orang yang benar”. Dan merekapun melakukan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedangkan mereka tidakmenyadari.
Setelah itu Nabi Saleh meninggalkan kaumnya. Kemudian datanglah janji Allah untuk menghancurkan mereka setelah tiga hari. Pada hari keempat, datanglah azab Allah yang disebutkan dalam surat Huud ayat 66-68 : Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Saleh beserta orang-orang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan (Kami selamatkan) dari kehinaan hari itu. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zalim itu, lalu mereka mati bergelimpangan di rumahnya. Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaan bagi kaum Tsamud. Demikian pula dalam surat Al Qamar ayat 30-32 : Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka suara keras yang mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang. Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambilpelajaran?
Diriwayatkan oleh Ibnu Umar r.a. berkata: Ketika Rasulullah s.a.w. membawa sahabat ke Tabuk sempat berhenti sebentar di Hijr daerah kaum Tsamud, tiba-tiba sahabat \mengambil air dari sumur tempat minum orang Tsamud itu dan mereka gunakan membuat makanan dan ketika telah ditanak di dalam kuali, tiba-tiba Nabi s.a.w. memerintahkan kepada mereka supaya menuangkan semua yang ada dalam kuali (panci-panci) itu dan diberikan makanan untuk unta. Kemudian beliau pergi dengannya sampai mereka berhenti di sumur tempat unta (Nabi Shalih) dahulu minum, lalu Nabi s.a.w. melarang mereka masuk di tempat orang-orang yang telah disiksa sambil bersabda : ” Sungguh aku kawatir kalian ditimpa apa yang telah meinimpa mereka, karena itu sekali-kali jangan masuk di tempat mereka” (Ahmad). Riwayat lain menyebutkan bahwa Ibnu Umar r.a. berkata, ”Ketika Rasulullah s.a.w. di Hijr, beliau bersabda : Jangan masuk ke tempat orang-orang yang tersiksa itu kecuali jika kalian sambil menangis, jika tidak dapat menangis maka jangan masuk ke sana, jangan sampai kalian tertimpa apa yang telah menimpa mereka”. (Ahmad).
Sebaliknya Nabi Saleh a.s. dan kaum yang beriman diselamtakan oleh Allah dalam surat An Naml ayat 53 : Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu bertakwa.
www.msuyanto.com